Sahabat Kecil
“ hai Syar...”. “ hai!”. Fisyar dan Fista berjalan. Tanpa perbincangan. Setelah hampir sampai di sekolah, Fista memulai. “ oh iya Syar?! Ngomong-ngomong kamu kemarin nonton konser sama siapa? Aku lupa kalau ada janji nonton konser sama kamu! Jadinya aku terima tawaran aku untuk ngedate sama Dio!”. “ oh! So...”. “ ya, aku kan cuma nanyak dan ngasih tau aja!”. “ oh!”. “ singkat banget sih jawabnya?!”. “ kamu pun juga gitu! Secara singkat kamu terima tawaran Dio untuk ngedate, dan janji kamu nonton konser bareng yang udah aku kasih tau 3 hari berturut-turut kamu lupain!”. “ oh, jadi kamu nggak suka ngeliat aku ngedate sama Dio?!, karena ganggu rencana kita?! Iya?!”. “ aku bukan nggak suka Ta! Tapi aku...”. “ udahlah Syar! Aku bete sama kamu!”. Fista pergi. “hmmmmm....”.
Doni datang. Ia melihat pacar barunya yang baru saja jadian kemarin, sedang duduk di bangku dan memasang muka cemberut. “ loh, sayang...?! kok mukanya cemberut gitu?! Ini kan masih pagi?!”. “ habisnya aku bete!”. “ bete sama siapa?”. “ sama Fisyar! Sebenernya aku ada janji sama dia kemarin! Tapi aku kan ngedate sama kamu!”. “ oh! Terus masalahnya apa?”. “ ya, itu!”. “ ah! Yaudahlah! Itu kan masalah sepele! Lupain aja! Nggak usahlah di fikirin lagi!”. “ hmmmm..., iya!”. “ eh, jangan iya mulu donk! Senyumnya mana? Jangan cemberut lagi! Entar cantiknya ilang!”. Fista tersenyum. “ nah gitu donk! (sambil mencubit pipi Fista). “ aduh! Jangan gitu ah! Malu tau!”. Dari kejauhan Fisyar melihatnya. “ apa aku nggak boleh kesel Ta, ngelihat kamu kayak gini?!”.
Bel masuk berbunyi. Tapi Fisyar baru saja memasuki kelas. “ kemana aja Syar??? Kok dari tadi nggak masuk-masuk? Oh, atau ngobrol dulu sama Diva??? Cie.....”. “ kamu apaan sih Ta?! Mentang-mentang kamu punya pacar baru!!!”. “ ye, santai lah! Nggak usah nyolot!”. “ aku lebih enak sahabatan, dari pada pacaran!”. “ hahahaha, denger ya Syar, jaman sekarang dari sahabat juga bisa kan jadi pacar! So....”. Fisyar tak menghiraukannya. Bu Elli masuk kelas. Pelajaran di mulai. Beberapa jam kemudian. Bel istirahat berdentang. Saat Fisyar ingin mengajak Fista pergi ke kantin, Doni telah mengajaknya. Fista pergi dengan Doni. Fisyar mengalah dan tak jadi bicara. Ia diam. Tak lama setelah Fista pergi ia bergegas pergi ke perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan. Diva terlebih dahulu disana. “ loh? Fisyar??? Kok tumben ke perpustakaan? Pasti ada maksudnya ya?”. “ nggak ah! Biasa aja! Ya, lagi pengen baca-baca aja!”. “ oh! Fista nya mana?”. “ udah pergi ke kantin sama pacarnya! si Doni!”. “ pacar? Jadi mereka berdua pacaran? Wah, sampein ucapan selamat ku ya?!!!”. “ kamu sampein sendiri aja! Em, aku mau kesana dulu ya Div!”. “ ???... ttapi Syar....”. Diva menyusul Fisyar mencari buku. “ Syar??? Kamu kenapa???”. “ aku nggak papa!”. “ enggak! Kok tumben aja kamu sensitif!”. “ biasa aja!”. “ apa kamu cemburu, ngeliat Doni sama Fista pacaran? Kamu nggak usah cemburu Syar! Aku mau kok kamu jadiin pacar! Selama ini aku suka sama kamu Syar!”. “ apa??? Kamu suka sama aku? Kamu pengen jadi pacar aku?”. Diva mengangguk sambil malu-malu.
“ maaf Div! Bukannya aku mau nyakitin perasaan kamu! Tapi aku nggak bisa! Aku juga nggak cemburu sama Fista! Apalagi sampai suka! Aku nggak suka sama siapa-siapa!”. “ lalu alasan kamu nolak aku apa?”. “ kita ini masih SMP! Aku nggak mau pacaran dulu! Aku lebih enak dan lebih memilih untuk temenan atau sahabatan aja!”. “ oh!”. “ tapi kamu jangan kawatir! Walaupun kita nggak pacaran, tapi kita kan tetep jadi temen deket!”. “ iya! Nggak papa kok! Oh, jadi ceritanya gitu! Kalau aku lihat, kamu lagi ada masalah ya, sama Fista?”. “ ada sih! Tapi Cuma salah faham aja!”. “ kamu mau curhat?! Aku mau kok jadi pendengarnya, aku nggak bakal bilang siapa-siapa! Aku juga mungkin bisa bantu?!”. “ okelah boleh!”. “ oke! Sebenernya ada apa?”. “ jadi, belakangan ini semenjak Fista pacaran sama beberapa anak, aku ngerasa sikapnya berubah! Dia kayaknya lebih mementingkan pacaran dari pada sahabatan sama aku! Waktunya lebih banyak untuk pacaran!”. “ oh gitu! Gini Syar! Aku, kamu, Fista dan mungkin anak-anak lain itu udah mulai memasuki masa pubertas! Yang namaanya pacaran itu udah wajar! Jadi wajar aja, kalau Fista menikmatinya! Tapi jangan salah! Sikapnya itu nggak berubah! Dia cuma menikmati aja!”.
“ iya, tapi aku lebih pengen Fista kayak dulu aja, kalau kayak gini jadinya!”. “ aku faham kok kamu pengen apa! Udah gini aja! Kamu coba kasih surat atau apalah, kalau kamu nggak bisa ngomong langsung sama Fista, omongin apa yang kamu rasain dan ungkapin apa yang kamu pingin dari Fista! Aku pernah baca salah satu novel! Kasusnya sama kayak kamu! Dan masalahnya juga selesai! Mungkin itu bisa kamu ambil pelajarannya!”. “ yaudah Div! Ntar aku fikirin! Makasih ya!”. “ iya sama-sama!”. Bel masuk berbunyi. Diva dan Fisyar bergegas kembali ke kelas, bersama-sama.
Malam datang menyapa. Fisyar menulis surat untuk Fista. “ Ta, ingin ku nggak banyak. Aku cuma pengen kamu lebih sadar kalau persahabatan itu lebih baik dari pada pacaran. Aku tau kamu sedang menikmati masa itu, tapi tolong kamu lihat dan fikirkan apa yang aku bilang! Aku seperti ini bukan karena aku egois! Tapi karena aku peduli sama kamu dan persahabatan kita yang udah kita buat sejak kita kecil! Aku juga nggak mau, Cuma karena pacaran persahabatan kita jadi di lupakan atau di hapus, apalagi sampai di ganti dengan pacaran.... Fisyar, sahabat kecil mu...”. setelah surat selesai, Fisyar bergegas tidur.
Hari ini adalah hari sabtu. Hari ekstra kurikuler di sekolah. Subuh tadi Fisyar menitipkan suratnya pada Diva. Diva pun mengerti apa yang harus ia lakukan (mengirimkan suratnya pada Fista). Hari ini Fisyar juga tak datang mengikuti Ekskul di sekolah (musik bersama Fista dan juga Diva). Bukan hanya karena menghindari Fista sementara waktu, tapi juga karena ia harus membawa gitarnya ke tempat reparasi karena ingin menganti warna senarnya.
Diva tiba di sekolah. Ia langsung bergegas menuju ke studio musik sekolah. Disana telihat Doni yang sedang asyik bersama Fista. “ hai Fista...”. “ eh Diva!”. “ wah, jadi kalian berdua udah jadian ya?! Wah, selamat ya!”. “ ah, biasa aja Div!”. “ ih kok gitu sih?! Diva kan mau ngasih selamat! Ya Div! Makasih!”. “ oh iya! Ini (menyodorkan surat dari Fisyar)”. “ ????, surat??? Dari siapa??? Untuk aku????”. “ iya! Kamu baca sendiri aja! Eh, bacanya pas lagi sendirian aja! Oke!”. “ oh, gitu! Yaudahlah??!”. “ kalau gitu aku masuk dulu ya!”. “ oh, iya! Aku mau nunggu Fisyar!”. “ Fisyar?!”. “ iya, emang kenapa?! Kamu cemburu?! Hehehe, tenang aja, aku sama dia cuma sahabat kok!”. “ ah enggak!”.
“ em, aku mau ke lapangan dulu ya!”. “ oh, yaudah!”. “ ntar pulangnya aku sama aku!”. “ iya! Terserah!”. Doni pergi. Fista membuka suratnya. Surat pun telah terbuka. Ia membaca surat itu perlahan. Tak lama kemudian, ia mencari Fisyar. Namun sayang, saat ia berdiri kak Duta datang. Tandanya ekskul di mulai. Dengan terpaksa karena tak punya pilihan, Fista kembali dan mengikuti ekskul. Selain ia bingung sendiri karena surat Fisyar, ia juga bingung akan ketidak hadiran Fisyar. Tak terasa hari semakin siang. Ekskul pun selesai. “ Div, Fisyar yang ngasih ini ke kamu!”. “ iya tadi pagi!”. “ hmmmm”. “ Ta, itu surat izin dia nggak masuk ekskul ya?”. “ loh? Kamu nggak tau isinya apa?!”. “ ya nggak lah!”. “ oh, iiya!”.
Fista kini mencari Doni. “ Doni...”. “ hai sayang!”. “ ayo! Anterin aku kerumah Fisyar sekarang ya!”. “ loh? Kita kan mau ke mall?!”. “ aduh! Sayang, itu ntar aja ya, kalau kita udah ke rumah Fisya!”. “ hah, yaudahlah!”. Mereka berdua bergegas pergi. Sesampainya di rumah Fisyar. “ bi, Fisyar mana?!”. “ den Fisyar lagi nggak ada dirumah non!”. “ apa?! Nggak ada di rumah?!”. “ iya!”. “ kemana?”. “ saya juga nggak tau non!”. “ oh yaudahlah!”. “ kamu itu gimana sih?!”. “ gimana apa nya?!”. “ sebenernya kamu udah punya janji sama Fisyar apa belum?!”. “ aku nggak ada janji sama dia!”. “ apa?! Berarti kamu yang ada janji sama aku kan?! Kok malah kamu nyari Fisyar?! Pacar kamu itu aku apa Fisyar?!”. “ loh, bukan gitu! Kamu nggak tau masalahnya Don!”. “ oh, kamu salah! Aku udah tau apa masalahnya! Kamu selingkih kan sama Fisyar!”. “ selingkuh?! Maksud kamu itu apa?! Aku nggak...”. “ ah! Udah! Sekarang kamu pilih aku apa Fisyar?!!”. “ Don aku nggak...”. “ ah! Cukup ya! Kita putus!”. “ apa?!!!”. Doni pergi. “ loh? Doni...”. ia tak menghiraukan Fista. “ dasar cowok pembohong! Katanya kamu mau ngertiin aku, tapi apa?! Emang bener kata Fisyar!”.
Fista pulang. Ia kembali dengan muka yang sedih. “ Fista pulang!”. Fista langsung masuk kamar. “ loh, Fista???”. Fista murung. “ Fista, kamu kenapa?”. “ sekarang orang-orang yang aku sayang pergi ma!”. “ maksudnya apa?!”. “ ini (menyodorkan surat dari Fisyar), aku habis putus sama Doni ma!”. “ hmmmm...., mama rasa sekarang kamu tau apa yang harus kamu lakukan!”. “ minta maaf dan jelasi sama Fisyar?!”. “ apa yang di bilang Fisyar itu bener sayang! Mama yakin Fisyar mau menerimanya!”. “ yaudah ma! Besok aku ke rumah Fisyar!”. “ kenapa besok?!”. “ tadi aku udah kesana, tapi bisa nggak ada dirumah!”. “ mungkin butuh pengorbanan?!!”. “ yaudahlah! Aku tunggu dia sampek pulang!”.
“ Fisyar....”. “ Fista???”. “ kok kamu disini????”. “ iya, aku kesini mau minta maaf sama kamu! ....”. Panjang lebar Fista berbicara dengan Fisyar. “ sekarang aku ngerti!”. Fisyar tersenyum. Masalah diantara mereka kini telah selesai. Hari senin di sekolah. Doni berniat ingin menyapaa Fista dengan harapan hari itu, ia bisa CLBK dengan Fista. Namun dengan tegas Fista berkata ‘ aku lebih milih persahabatan aku yang ku jaga biar nggak putus ketimbang jagain hubungan pacaran kita supaya nggak putus! Ternyata putus juga kan!‘.
No comments:
Post a Comment